Di sini…
Disini aku sedang berkhayal denganmu,
bila umurku panjang dan dipertemukan sebagai teman susah dan senangku. Mereka
menyebutnya jodoh, dan semoga Tuhan yang menciptakan semesta ini mempertemukan
kita pada waktu yang bahagia.
Di sini aku sedang menoleh sedikit di
masalalu ku, yang tak ku pikirkan bahwa akan ku pikirkan kamu, yang belum ku
tahu bagaimana rupamu, dan ku tatap masa depanku, yang masih melayang di
angan-angan.
Apa kamu tahu Sayangku..
Ketika kita dipertemukan, itulah saat
kedua orang yang tak saling mengenal masing masing mendoakan, dan Tuhan dengan
takdirnya yang menawan menyatukan kita dengan haru dan senang yang tidak
tertawan, begitulah salah satu nikmat Tuhan..
Ketika kita berjalan, kedua orang yang
sudah saling mengenal, akan tertawa dan heran dengan sikap dan pemikiran itu,
namun, sudah tertanam partikel-partikel kasih sayang dan kita sedang bermain
dengan itu, ya…rasa yang ditiupkan Tuhan kehati dua manusia sambil tertawa
syahdu.
Mulailah kita beromantis-romatis malu
dengan cinta yang menggebu-gebu. Tapi sayang, kita punya masa lalu, dan jangan
terjebak larut dalam perasaan yang menggebu-gebu.
Cinta yang kita bina nanti adalah, cinta
yang elegan namun penuh tanggung jawab. Cinta yang beresiko namun tetap rasio .
Cinta yang marah namun tetap sabar, cinta yang cemburu namun tidak ragu-ragu
Sayangku, bolehkah aku merencanakan
semua ini dahulu ? ah, bukan ! Tuhanku bolehkah aku merancang kebahagiaanku ?
bolehkan aku membayangkannya dahulu ?
Maapkan aku Tuhan, aku terlalu.
Begini. Aku mengangankan akan berdua
duduk dengannya dan membuatkan teh dengan sedikit gula.
Begini, aku berbaring dipangkuannya
kemudian bercerita sampai tak sudah sudah juga. Jadikan kami saling jatuh cinta
dalam pahit dan manis drama kehidupan, begitu Tuhan ?
Rasa-rasanya sudah lama mendambakan.
Mengharapkan teman yang dapat menggores cinta dalam intan. Tapi aku tetap
menunggu siapa pria yang manis itu. Pria yang akan membuatku menangis. Sesaat
kemudian tertawa sambil menangis. Dan itulah kamu yang sedang ku tunggu dan
nanti ku beritahu berapa lama aku ingin melihat senyum jodohku.
Marilah saat itu kita rangkai derita
dalam kebahagiaan, dan kebahagiaan dalam derita. Seperti senja dan senandungnya
jingga akan tenggelam di lautan. Larut seperti cinta kedua anak manusia.
Terima aku apa adanya ya ? mungkin
ketika bangun kau melihatku tidur dengan buruk rupa dan rambut yang entah
bentuknya. Mungkin aku lupa menyiapkan bajumu, sarapanmu, bahkan aku lupa kamu.
Terima aku apa adanya ? kadangkala akan
ku buat kamu marah dan naik darah, kadangkala akan ku buat kamu lelah.
Ku katakan ini sayang, karena aku tidak
menjadi pihak yang sempurna. Begitu pun kamu. Karena itu aku bilang “derita
dalam kebahagiaan”. Kebahagiaan itu hanyalah cahaya dari apa yang kita saling
rasakan. Jangan fokoskan pada kebahagiaan saja sayang, kita bisa binasa. Tapi
saling mencintailah kita dalam derita. Sekalipun itu seperti kopi yang pahit.
Kita tidaklah akan sehidup semati
sayang, mungkin entah kamu atau aku yang duluan. Kita akan kembali sendiri.
Namun, betapa baiknya Tuhan, meminjamkan masing-masing dari kita supaya jatuh
cinta dan saling mengurusi dengan tabah.
Kita akan saling tertawa, saling
menangis, saling melempar, saling berebut bantal. Saling berkelahi, saling
memaki sampai saling menghargai.
Untukmu belahan jiwaku. Akan ku bacakan
ini padamu jika umur panjang dan Tuhan merencanakan kita bertemu. Ketahuilah
bahwa aku sudah mencintaimu.
Surat Cinta untukmu : Ku sebut Kamu Belahan Jiwaku, Walau Belumku Tahu Bagaimana Rupamu
4/
5
Oleh
Unknown